TEMPO Interaktif, Jakarta -Suami istri John dan Helen Taylor berhasil menekan konsumsi bahan bakar yang standarnya seliter solar untuk 17 kilometer menjadi seliter untuk 28,8 kilometer tanpa modifikasi apapun.
Ingin tahu caranya berhemat sampai 40 persen itu? Jawabnya sederhana: ubah cara menyetir Anda.
Meniru cara mereka bisa membuat kita, yang hendak mudik dan menyetir sendiri, mencontoh dan berhemat lumayan.
John dan Helen Taylor baru saja menyelesaikan perjalanan 15 ribu kilometer--kira-kira jarak Jakarta-Surabaya bolak-balik sebanyak sembilan kali--selama 19 hari untuk mendapatkan rekor hemat bahan bakar dengan VW Jetta TDI.
Sedan diesel itu, menurut sejumlah laporan, memiliki konsumsi bahan bakar rata-rata 17 kilometer perliter. Tapi Taylor suami istri itu bisa memaksa sedan itu selama 19 hari melintasi 48 negara bagian Amerika Serikat hanya 13 kali mengisi bahan bakar. Kalau dirata-rata, seliter solar cukup untuk 28,8 kilometer.
Bukan sekali ini saja mereka berdua memecahkan rekor hemat bahan bakar. Dan bukan hanya dengan mobil diesel saja rekor itu terpecahkan.
Mereka memiliki rekor bahan bakar paling hemat untuk sedan kecil Ford Fiesta berbahan bakar bensin. Mereka juga memegang rekor untuk sedan besar yang dimana-mana boros itu--mereka menggunakan Jaguar bermesin V8 yang biasanya seliter untuk 6 sampai 9 kilometer--sehingga bisa sehemat Toyota Avanza yakni 13 kilometer perliter.
Sehari setelah rekor itu tercipta, wartawan New York Times mencoba melihat bagaimana suami istri itu menyetir. Menurut si wartawan, hanya dibutuhkan satu jam untuk memahami mengapa mereka bisa memaksa mobilnya sangat hemat.
Pertama, tentu saja, mereka tidak pernah menginjak gas dalam-dalam. Helen Taylor, yang duduk di kursi belakang, mengatakan dahulu mereka pernah menantang para wartawan untuk meletakkan telur di bawah pedal gas. Para wartawan selalu memecahkan telur. Ia dan suaminya tidak pernah memecahkan telur.
Telur ini tidak lagi dipakai karena mobil menjadi kotor. Tapi inti berhemat bahan bakar tetap sama. John Taylor mengatakan, "Hal-hal kebiasaan sederhana." Kebiasaan itu seperti tidak ada akselerasi cepat, tidak ngebut, tidak mengerem mendadak, dan tidak menyalakan mesin saat lampu merah.
Teorinya memang gampang. Praktiknya seperti ini: begitu mobil berjalan, sebisa mungkin menggunakan gigi paling tinggi.
Taylor juga memperhatikan kondisi lalu lintas di depannya. Misalnya sedang berjalan 60 kilometer perjam dan sekitar 200 meter lagi lampu lalu lintas sudah menjadi kuning akan ke merah. "Tidak ada gunanya ngebut sampai lampu merah," kata Taylor.
Ia mendekati lampu yang menyala merah itu dengan mobil yang makin pelan dan berhenti dengan lembut. Rem hanya diinjak pelan.
Saat lampu menjadi hijau, mobil juga bergerak pelan, tidak langsung tancap gas. Saat mobil mencapai kecepatan idealnya, 45 mil/jam (72 km/jam), mobil-mobil lain yang tadi berbarengan di lampu merah sudah jauh meninggalkan semua.
"Jika Anda tancap gas," katanya. "Anda menggunakan bahan bakar lebih banyak lagi."
Taylor juga tidak membuntuti mobil di depannya dari jarak dekat. "Jika Anda menempel mobil di depannya, Anda terus menginjak rem," katanya. "Kuncinya adalah sabar. Anda tak perlu tergesa-gesa."
Sepanjang perjalanan, ia menjaga kecepatan pada 72 kilometer perjam itu agar hemat. "Ini yang kami lakukan selama 14 jam sehari selama 19 hari," katanya. "Ini bukan ilmu pengetahuan yang sulit."
Artikel di ambil dari : tempointeraktif.com
0 Komentar